Untuk kategori sebuah film musikal, Hairspray penuh dengan nilai-nilai pemberontakan yang menarik untuk dikaji ulang. Imaji untuk menjadi popular, berbalut bebauan wangi pengeras rambut dan isu-isu rasial, agaknya menjadi representasi permasalahan sosiokultural Amerika Serikat tahun 60-an.
Dikisahkan, Tracy Turnblad (Nikki Blonsky), seorang remaja berusia belasan tahun, bermimpi ingin menjadi artis. Impiannya adalah masuk dalam acara Corny Collins Show, sebuah acara dansa yang sangat populer di
Hal ini membuat frustrasi orangtua
Setidaknya ada dua isu yang layak mendapatkan perhatian lebih. Pertama, konstruksi tentang kecantikan. Di acara Corny Collins Show, semua penari perempuannya memiliki tipe tubuh dan dandanan yang sama: kurus, rambut pirang yang disasak tinggi, kulit putih, dan wajah yang ber-make up tebal.
Yang lelaki pun tak jauh beda: badan tegap, memakai setelan tuksedo lengkap, macho dengan tatanan rambut ala James Dean. Sebelum dan selama syuting, hairspray menjadi senjata rahasia para penari lelaki dan perempuan ini untuk menjaga
Ketika Tracy datang, ia ditertawakan karena posturnya yang gemuk dan pendek. Dari sisi manapun ia jelas tidak memenuhi konstruksi kecantikan yang ditetapkan secara tidak tertulis itu. Ketika akhirnya
Pemakaian hairspray pada akhirnya menjadi semacam identitas. Sebutan “anak-anak paling keren di
Maka, tak heran bila kemudian diceritakan remaja-remaja perempuan berbadan gemuk pendek di Baltimore ramai-ramai menata rambutnya tinggi-tinggi dengan hairspray seperti
Sekilas, keikutsertaan
Isu kedua yang tak kalah menarik adalah mengenai rasialisme. Di acara Corny Collins Show, semua penari harus berkulit putih. Untuk mereka yang berkulit hitam, dibuat sesi khusus sekali dalam sebulan yang dinamai “Hari Negro”. Hanya pada hari inilah para “negro” boleh berdansa, dengan host yang juga berkulit hitam, Motormouth Maybelle (Queen Latifah).
Apa artinya? Dalam hal ini, gerakan tangan dan kaki, goyangan pinggul, anggukan dan gelengan kepala, singkatnya gerakan-gerakan non-verbal, menjadi sebentuk bahasa yang hanya dimengerti oleh orang-orang tertentu. Tarian Seaweed hanya dimengerti oleh kawan-kawan kulit hitamnya, karena bagi mereka, itulah bahasa. Itulah kode yang mereka bangun bersama sebagai akibat dari perlakuan yang mereka terima.
Tidak hanya tarian, sampai saat ini kita juga masih bisa melihat jejak-jejak kulit putih dan kulit berwarna misalnya dalam olahraga basket dan musik rap. Ungkapan “white boys can’t jump” pernah sangat populer di kalangan penggemar basket kulit hitam di Amerika sebelum NBA menghapuskan doktrin tersebut.
Hal yang sama juga terjadi di musik rap. Eminem dicemooh ketika pertama kali ia memperdengarkan musik rapnya. Lagi-lagi doktrin yang sama, hanya saja kali ini kata “jump” diganti “rap”, menunjukkan bahwa ada hal-hal yang hanya bisa dilakukan dengan baik oleh kulit berwarna dan tidak oleh kulit putih, demikian sebaliknya.
Secara singkat bisa dikatakan bahwa pemisahan penari kulit putih dan hitam adalah residual dari gerakan rasialisme yang pernah sangat booming. Asumsi bahwa kulit putih dan berwarna tidak seharusnya melakukan segala aktivitas bersama, termasuk menari, adalah pengerucutan dari pola pikir bahwa esensi manusia ditentukan dari warna kulitnya, sebuah pemikiran yang sama sekali salah.
Bagaimana dengan kita di
(dimuat di Suara Merdeka edisi Minggu, 6 April 2008)
No comments